Senin, 12 Mei 2014

Benteng pertahanan Kompeni (VOC) yang pertama di Jayakarta. Termasuk dalam kategori Fort (bangunan militer yang dibangun untuk melindungi instalasi, lokalitas dan pasukan), sehingga dinamakan "Fort Jacatra". Dibangun tahun 1611 oleh J.P. Coen (ketika ia menjabat sebagai kepala perwakilan dagang VOC di Jayakarta), sesuai dengan isi perjanjian yang ditandatangani bulan Nopember 1610 antara Pangeran Jayakarta Wijayakrama dengan L. Hermite. Selain berdagang, dalam perjanjian tersebut orang Belanda diizinkan mendirikan loji pada sebidang tanah yang luasnya 50 x 50 vademen setelah membayar 1200 real kepada raja Jakarta.

Bangunan loji yang dibangun JP Coen berukuran sekitar 40 x 14,4 m (556 meter persegi) dibuat dari batu dan diberi nama "Nassau", berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang agar terhindar dari bahaya kebakaran dan serangan para penjahat. Tahun 1617, di sebelah gudang Nassau sejajar dengan Sungai Ciliwung dibangun loji kedua dan diberi nama "Mauritius". Keduanya kemudian dihubungkan dan diperkuat dengan tembok setinggi 9 kaki dan tebal 6-7 kaki di sebelah timur dan utara, sehingga membentuk sebuah benteng pertahanan yang kemudian diberi nama "Fort Jacatra". Setelah Kota Jayakarta direbut Kompeni dan berganti nama menjadi Batavia, benteng tersebut dibongkar dan di sebelah timurnya dibangun "Kasteel Batavia" dengan luas 9 kali lebih besar.

Selain benteng pada peta Ijzerman terlihat beberapa batterij (tempat menempatkan meriam yang sekaliber) antara lain di sudut barat daya benteng ada Kat Batterij, di sebelah selatan benteng berdekatan dengan perkampungan Kiai Arya terdapat Watting's huis batterij yang merupakan benteng pertahanan perkampungan Kiai Arya. Di tepi barat Ciliwung, berseberangan dengan benteng Jakarta terdapat batterij loji Inggris (Batterij bij de English loge), kemudian di sebelah utaranya ada "Paep Jan's baterij". Di sebelah selatan lagi masih ada 3 baterij lain yang tidak diketahui namanya.

Minggu, 27 April 2014

Hasri Ainun Habibie, Isteri Soleha Setia

Hasri Aninun Habibie atau lebih popular dengan Ainun Habibie memiliki nama asli Hasri Ainun Besari. Hasri Ainun adalah nama dari bahasa Arab yang berarti seorang anak yang memiliki mata yang indah. Ainun merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari orang tua bernama H.Mohammad Besari. Ia dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 11 Agustus 1937.
Keluarga Ainun adalah keluarga yang mencintai pendidikan.Salah satu orang yang paling penting dalam mendorongnya untuk rajin belajar adalah ibunya. Ibu dari Ainun Habibie merupakan tokoh penting di balik kesukesan putrinya dalam pendidikan.

Pendidikan dan Pekerjaan
Ainun menyelesaikan pendidikan dasarnya di Bandung. Namun saya belum menemukan data yang pasti nama sekolahnya. Ia melanjutkan pendidikan di SLTP dan SLTA yang juga di Bandung. Sekolahnya di LSTP bersebelahan dengan sekolah B.J. Habibie yang kemudian menjadi suaminya. Bahkan saat di LSTA mereka sekolah di satu sekolah. Hanya saja Habibie menjadi kakak kelasnya. Setelah menampatkan pendidikan SLTA, ia merantau ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan dengan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta dan lulus sebagai dokter pada tahun 1961.
Berbekal ijazah kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut, Ainun Habibie diterima bekerja di rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Saat bekerja di sana ia tinggal di sebuah asrama di belakang RSCM, tepatnya di Jalan Kimia, Jakarta. Ia bekerja di rumah sakit tersebut hanya setahun saja, yakni sampai tahun 1962. Setelah menikah dengan Habibie pada tahun 1962 tersebut, ia harus meninggalkan pekerjaan sebagai dokter anak lalu ikut dengan suaminya ke Jerman yang sedang menyelsaikan pendidikan.
Kisah CInta dan Pernikahan
Makmur Makka, penulis Biografi Habibie mendapatkan informasi menarik mengenai kisah cinta Habibie. Ainun mengaku kalau ia dan Habibie sudah kenal sejak kecil, bahkan sekolah mereka berdekatan. Pada tahun 1986, Majalah Femina memuat cerita mengenai kisah ini. Ainun saat itu mengatakan:
“Kami kenal sejak kecil, dia teman bermain kelereng kaka saya. Rumah kami berdekatan ketika di Bandung. Di SLTP letak sekolah kami bersebelahan. Di SLTA malah satu sekolah, hanya Rudy (panggilan Habibie) satu kelas lebih tinggi.Dia selalu menjadi siswa paling kecil dan paling muda di kelas, begitu juga saya. Guru dan teman-teman acap kali berkelakar menjodoh-jodohkan kami. Yah, gadis mana yang suka diperolok demikian?”
Ainun dan Habibie memang banyak kesamaan sehingga mereka sering dijodoh-jodohkan. Antara lain mereka sama-sama anak ke empat dari delapan bersaudara dan sama-sama dibesarkan dalam keluarga yang berpendidikan. Selain itu mereka juga menjadi anak-anak yang beruntung karena memiliki ibu yang mendorong mereka untuk mengutamakan pendidikan. Kesamaan lain adalah, mereka sama-sama tinggal di Bandung dan sekolah di tempat yang sama.
Kisah cinta antara dua anak manusia ini memang sudah terlihat sejak mereka sama-sama sekolah. Setidaknya itu mulai terlihat saat mereka sekolah di SMA. Ainun adalah seorang gadis yang sangat suka berenang. Karena terlalu banyak dan sering berenang, kulitnya menjadi lebih hitam. Pada suatu hari saat jam istirahat belajar, Habibie lewat di depannya. Saat itu Habibie mengatakan: “Hei, kamu sekarang kok hitam dan gemuk?” Ungkapan ini menjadikan Ainun berfikir dan merasakan sebuah getaran aneh di dalam dadanya. “Apakah Habibie perhatian padanya?” Apalagi teman-temannya heran dengan kejadian itu dan mengatakan kalau Habibie memang perhatian padanya. Memang, saat itu Ainun memang menjadi pujaan di sekolahnya dan menjadi incaran banyak siswa laki-laki, termasuk Habibie. Habibie pernah mengomentari tentang Ainun dengan ungkapan: “Wah cakep itu anak, si item gula Jawa”.
Namun mereka berpisah cukup lama. Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan pendidikannya ke ITB Bandung, namun tidak sempat selesai. Habibie mendapat beasiswa pemerintah Indonesia dan kemudian berangkat ke Jerman Barat, untuk melanjutkan pendidikannya. Ia masuk ke Universitas Technische Hochscheule di kota Achen, Jerman. Tahun 1960 terhitung Habibie tidak pulang ke Indonesia selama tujuh tahun. Ini membuatnya sangat home sick, terutama ia sangat ingin mengunjungi pusara Bapaknya.
Setelah menanti agak lama, akhirnya Habibie punya kesempatan pulang ke Indonesia. Saat Habibie pulang ke Indonesia, ia berkesempatan menziarahi makam bapaknya di Ujung Pandang. Menjelang lebaran ia pulang ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang lama, keluarga Ainun. Saat itu pula Ainun secara kebetulan sedang mengambil cuti di RSCM dan pulang ke Bandung. Di sanalah cinta lama bersemi kembali setelah sekian lama mereka tidak bersua. Saat berjumpa tersebut Habibie mengatakan: “Kok gula Jawa sekarang sudah menjadi gula pasir?”. Pertemuan mereka berlanjut di Jakarta. Habibie mengikuti Ainun yang kembali ke Jakarta untuk masuk kerja di RSCM. Di Jakarta Habibie tinggal di Jl. Mendut, rumah kakaknya yang tertua.
Sama-sama tinggal di Jakarta membuat cinta mereka semakin bersemi. Mereka saling berjanji untuk sering bertemu dan merindukan satu sama lain. Malam hari mereka pacaran dan melewati waktu dengan sangat indah. Sesekali mereka naik becak dengan jok tertutup, meskipun sebenarnya tidak hujan. Dan ketika mereka semakin dekat, Habibie menguatkan hati untuk mejatuhkan pilihannya pada Ainun. Ia melamar Ainun dan mempersunting menjadi istrinya.
Ainun disuntiung oleh BJ Habibie menjadi istrinya pada tanggal 12 Mei 1962. Mereka menghabiskan bulan madu di tiga kota. Kaliurang, Yogyakarta, dilanjutkan ke Bali lalu diakhiri di Ujung Pandang, daerah asal B. J. Habibie. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai dua orang putra; llham Akbar dan Thareq Kemal dan enam orang cucu. Namun demikian dalam penganugerahan gelar Doktor kehormatan kepadanya oleh Universitas Indonesia, Habibie mengatakan kalau ia punya cucu ribuan jumlahnya: “Saya mau garis bawahi. Di usia saya yang 74 tahun ini, anak biologis saya cuma dua. Cucu biologis saya hanya enam. Tetapi anak cucu intelektual saya ribuan jumlahnya.” Tentu saja yang dimaksudkan Habibie adalah mahasiswanya yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Menjadi Ibu dua Pangeran
Setelah menikah Ainun ikut dengan Hbibie yang harus menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman. Kehidupan awal di sana dilalui dengan perjuangan yang luar biasa. Setidaknya ia harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun dengan tekun dan sabar ia tetap menyertai Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri keperluan pakaian bayinya yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya, melahirkan dan mebesarkannya.
Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam mebesarkan anak-anaknya. Sejak kecil ia membiasakan anak untuk mengembangkan kepribadiannya sendiri. Ia membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun akan memberikan jawababn jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Hal ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya.
Selain itu Ainun juga membiasakan anaknya hidup sederhana. Uang jajan diberikan pas untuk satu minggu. Dengan demikian si anakmemiliki kebebasan untuk memilih jajanan yang mereka sukai. Anak-anak Ainun tumbuh sebagai anak yang menghargai kesederhanaan itu. Pernah mereka harus bolak-balik dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan harga yang pas sebelum membeli suatu barang.
Hal yang juga tidak kalah penting dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka mengemukakan pendapat dengan mengajak mereka berdiskusi di rumah. Menurut Ainun, jika anak-anak berani mengeluarkan pendapat, artinya mereka sedang belajar dalam hidupnya. Dan bagi orang tua, itulah saatnya melaksanakan kewajiban memberikan bekal bagi kehidupan mereka.
Dan benar saja, hasil didikan itu menjadikan kedua anak mereka tumbuh sebagai seorang yang luar biasa. Seperti kita tahu bahwa Ilham Habibie menyelesaikan pendidikan di Muenchen dalam ilmu aeronautika dan meraih gelar PdD dengan predikat summa cumlaude, lebih tinggi dari predikat ayahnya. Sementara Thareq Kemal menyelesaikan Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.
Menjadi Ibu Negara
Pada 23 Mei 1998 Ainun menjadi menjadi Ibu Negara setelah B. J. Habibie dilantik sebagai presiden Negera Kesatuan Republik Indonesia yang ketiga menggantikan Presiden Soeharto yang mengundurkan diri karena desakan masyarakat pada awal reformasi. Tidak lama memang, hanya setahun lebih sedikit, setelah Habibie tidak bersedia untuk mengikuti pemilihan kepemimpinan karena laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh DPR/MPR yang saat itu –mengutip Almarhum Gusdur- seperti anak TK. Meskipun secara konstitusi ia dibenarkan menjadi calon presiden, namun secara nurani dan moralitas Habibie merasa tidak nyaman. Selama itu pula Ainun menjadi seorang inspirator untuk sang presiden.
Penghargaan dan Dedikasi
Ainun memiliki kepedulian yang besar terhadap beberapa yayasan, seperti, Yayasan Beasiswa Orbit dan Bank Mata untuk penyantun mata tunanetra. Ia juga mencatat segudang prestasi besar selama hidupnya. Atas sumbangsihnya tersebut, Ainun mendapatkan beberapa penghargaan tertinggi bintang mahaputra. Penghargaan tersebut diberikan oleh pemerintah sebagai penghargaan kepada warga yang dianggap memiliki peran besar terhadap negara. Antara lain ia mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Adipurna, juga Mahaputera Utama pada 12 Agustus 1982 serta Bintang Mahaputra Adipradana pada 6 Agustus 1998.
Sebuah dedikasi yang tidak kalah pentingnya dalam hubungannya dengan tunanetra adalah harapan Ainun agar pemerintah memberikan keleluasaan dan aturan yang menganjurkan untuk dilaksanakan donor mata. Menurut Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimmly Assidiqie, Bu Ainun mengharapkan adanya fatwa yang bukan hanya membolehkan donor mata tetapi menganjurkan dilakukannya donor mata. Karena menurut beliau ketentuan untuk donor mata di Indonesia penuh dengan syarat tertentu, beliau ingin donor mata bukan dibolehkan dengan syarat-syarat tetapi dianjurkan dengan prosedur tertentu. Ini jelas menunjukkan bagaimana ia berdedikasi pada persoalan yang dihadapi orang cacat dan berharap kita semua bisa membantunya.
Selamat Jalan Ibu
Seperti telah diberikatakan oleh banyak media, pada 24 Maret 2010, Hasri Ainun Habibie masuk ke rumah sakit Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munchen, Jerman. Ainun berada di bawah pengawasan direktur Rumah Sakit Prof Dr Gerhard Steinbeck, yang juga spesialis penyakit jantung. Ia telah menjalani sembilan kali operasi dan empat kali dari sembilan operasi tersebut merupakan operasi utama. Sisanya merupakan operasi eksplorasi. Pukul 17.05 waktu Jerman, hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010, Nyonya Ainun wafat dalam usia 72 tahun, setelah 45 tahun hidup bersama Habibie. Sebelum wafat, Nyonya Ainun sempat beberapa kali mengalami kritis. Namun jiwanya tidak terselamatkan lagi. Semua orang berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Selamat jalan ibu, kebaikan dan dedikasimu menjadi pelajaran sangat berharga bagi kami. (dikutip dari Kompas.com)

Selasa, 22 April 2014

Sejarah Batavia

Batavia!Sebutan untuk kota pusat perdagangan, pemerintahan, politik, ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan, dan kekuasaan Belanda di Hindia Belanda. Penyebutan tersebut selama tiga setengah abad, sejak didirikan Jan Pieterzoon Coen tahun 1619 hingga 10 Desember 1942. Nama ini dipilih untuk mengenang suku bangsa Germania yang disebut oleh C. J. Caesar dalam bukunya Bellum Gallicum (50 SM) - yaitu Batavir yang menghuni daerah di sekitar mulut Sungai Rhein, yang dianggap leluhur orang Belanda. Nama Batavia baru disahkan pada tahun 1620, perihal yang tidak disukai Coen karena ia ingin menamakan kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai nama kota kelahirannya di Belanda. Namun penguasa yang lebih tinggi di Belanda menamakan tempat itu Batavia.

Sebelumnya orang pribumi menyebut daerah itu Jayakarta. Sejarahnya berawal dari tahun 1611, ketika orang Belanda berhasil membangun sebuah pos perdagangan di wilayah itu. Kesultanan Banten, yang berkuasa tidak senang dengan kehadiran orang Belanda ini, akibatnya timbul pertikaian dan pertempuran pun terjadi. Pada bulan Januari 1619, Coen kembali ke Jayakarta dengan 17 kapal perang dan tanggal 30 Mei 1619 Jayakarta akhirnya dapat dikuasai. Setelah Belanda mengalahkan Inggris, Coen memutuskan menjadikan Jayakarta sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan Belanda di Hindia Belanda dan mengganti namanya menjadi Batavia. Setelah itu mulailah VOC membangun sebuah pemukiman baru di atas reruntuhan kota yang ditinggalkan oleh penghuninya. Dalam membangun kembali kota , Coen mulai dengan membangun benteng untuk menggantikan benteng lama (Fort Jacatra) dan diberi nama Kasteel Batavia, luasnya sekitar 9 kali benteng lama dengan bentuk tidak banyak berbeda dengan benteng lama.

Pola kota Batavia berbentuk persegiempat, tiap sudutnya terdapat bastion yang menonjol keluar, masing-masing bernama Diamant, Robijn, Parrel, dan Saphier. Terbagi dua bagian: barat dan timur, dipisahkan oleh Sungai Ciliwung. Bagian barat merupakan tempat pemukiman golongan rendahan, orang Portugis dan Cina, sedang bagian timur terutama Tijgergracht (sekarang n. Pos Kota) banyak dihuni oleh orang-orang kaya dalam rumah-rumah besar dan mewah, dengan taman-taman yang luas. Batavia sebagai wilayah residentie terbagi 3 daerah (Ajdeling), yaitu : de Stad en Voorsteden (Kota dan Kota Pelabuhan), Buiten de Stad (Luar Kota) dan Ommelanden (sekitar Batavia) . Wilayah Batavia yang masih dikelilingi rawa-rawa itu, pada pertengahan abad ke-19 terbagi menjadi 4 Ajdeling yaitu: Stad en Voorsteden (bagian utara), Meester Cornelis (bagian timur), Tangerang (bagian barat), dan Buitenzorg (bagian selatan).

Kota Batavia merupakan kota bentengn karena dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi. Di luar tembok dihuni oleh orang-orang Jawa, Makassar, Bugis, Ambon, Cina dan lain-lain. Mereka adalah petani sayur, pedagang kecil dan para tukang (mula-mula hanya bagian selatan tembok saja, tetapi kemudian mereka menyebar sampai di Tangerang dan di Bekasi). Di tempat yang baru ini kemudian didirikan penggilingan tebu. Di sebelah timur kota terdapat kubu pertahanan Ancol, Agak ke arah barat terdapat Bacherantsgracht, yang airnya mengalir ke arah Angke. Di sebelah selatan terdapat pos keamanan Rijswijk (kira-kira dekat bekas gedung Harmoni). Ada lagi pos keamanan Noordwijk yang terletak di Pintu Air. Di ujung selatan terdapat kubu pertahanan Meester Cornelis (Jatinegara).

Setelah dipimpin oleh beberapa gubernur jenderal sehabis J.P Coen, Batavia mengalami perkembangan. Berdasarkan peta van der Parra, Kota Batavia (Jakarta) dapat kita dibagi menjadi bagian, yakni kastel, pusat kota yang dikelilingi tembok pertahanan dan terakhir adalah kota di luar tembok pertahanan. Bangunan kota terbagi menjadi beberapa blok oleh jalan dan parit, baik yang melintang maupun yang membujur. Jaringan pada umumnya ditata paralel di kiri kanan parit (terusan kanaaf) yang serba lurus dan saling berpotongan satu sama lainnya sehingga membentuk sudut siku-siku berpola papan catur. Pola penataan kota seperti ini dianggap sebagai suatu perencanaan kota yang sudah maju, yaitu suatu kota yang berlatar belakang efisien dalam pengolahan lingkungan. Pusat kota berbentuk belah ketupat (paralellogram), terbagi arah utara selatan oleh lima kanaal (parit), yaitu Parit Buaya (Kaaimanagracht), Parit Harimau (Tijgersgracth), Kali Besar, Parit Jonker atau Roa Malaka dan Parit Badak (Rhinocherosgracht). Kemudian parit yang membagi jalur-jalur menjadi sejumlah besar persegi empat panjang, yakni Parit Singa betina (Leeuweningracht) , Parit Amsterdam (Amsterdamgracht) dan Parit Melayu (Melayugracht).

Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan, maka penguasaan atas Indonesia juga berganti seiring dengan perkembangan politik di negeri Belanda. Sejak abad ke 18 peranan Batavia telah berubah dari kota pelabuhan pengumpul rempah-rempah menjadi ibukota dan pusat kekuatan kolonial yang secara langsung mengontrol wilayah Indonesia. Kemudian Tanjung Priok dibangun sebagai pelabuhan yang baru menggantikan Pasar Ikan sebagai pelabuhan lama. Pada abad ke-19, perkembangan Kota Batavia terjadi sekitar 3 mil ke selatan Gambir, sepanjang Ciliwung, Jatinegara yang antara lain disebabkan kondisi sanitasi dan banjir yang sering menggenangi Weltevreden, sehingga para pejabat senior pemerintah Hindia Belanda dan keluarganya pindah ke sana. Untuk mengontrol banjir dibangun dua kanal: di sebelah barat (Kanaal Barat) dan di sebelah timur (Gunung Sahari Kanaal). Karena itu nampak jelas Batavia membentuk suatu pola lineal perkembangan urban dari utara ke selatan mengikuti Kanaal Ancol dan Kali Ciliwung, panjangnya sekitar 10 mil.

Dalam perkembangannya, Batavia terpisah menjadi tiga bagian terdiri atas (1) bagian utara (Batavia Lama) terkenal sebagai pusat perdagangan besar beljalan; (2) bagian tengah (Batavia Centrum) meliputi Noordwijk, Rijswijk, Pasar Baru, daerah kota yang terletak di tengah ini sangat dipengaruhi proses urbanisasi; (3) bagian sebelah selatan yang dimulai kira-kira pada batas utara Koningsplein merupakan perkampungan rumah tinggal. Selain pembagian tiga daerah tersebut terdapat pembagian "Kota Atas", atau "Kota Pemukiman" dan "Kota Bawah".Wilayah pusat merupakan wilayah pernukiman elit pemerintah kolonial Belanda, sedangkan pusat perdagangan didiami oleh orang Cina dan Timur Asing lainnya seperti Arab dan India. Kawasan pinggiran adalah kawasan bumi putra. Kawasan pinggir kota lebih menyerap pendatang dan perantau yang mengalir dari berbagai kawasan di Hindia Belanda. Arus urbanisasi ini pada umumnya melalui saluran famili, kerabat dan teman sekampung.

Keadaan kota yang terlalu pengap, rnembuat penduduk berpindah keluar tembok, terutama ke daerah Weltevreden. Perpindahan penduduk ke arah selatan bertambah besar setelah Gubernur Jenderal van Imhoff memberi contoh dengan mendirikan gedung di Buitenzorg (di Kota Bogor), yang di kemudian hari diresmikan sebagai istana Gubernur Jendral. Pada akhir abad ke19 dan awal abad ke-20 terjadi peningkatan jumlah kedatangan orang Belanda dan orang Eropa lainnya ke Hindia Belanda. Hal tersebut memberi warna tersendiri bagi Kota (Batavia) terutama bergaya lebih Eropa, terlihat dari rumah-rumah yang dibangun. Kawasan Weltevreden telah dibangun seluruhnya, sehingga pemerintah kotapraja Batavia mulai mengembangkannya ke arah selatan dengan membeli tanah partikulir Menteng (1908) dan Gondangdia (1920). Kemudian pada tahun 1935, dikeluarkan suatu ordonansi yang termuat dalam Stb. 1934 no. 687 yang mulai berlaku 11 Januari 1935 mengenai perluasan daerah administratif Batavia. Stadgemeente Meester Cornelis (Jatinegara) dibubarkan dan diintegrasi ke wilayah Batavia. Pada tahun 1930-an Batavia berkembang menjadi suatu kota kolonial modern (een moderne koloniale stad).

Kota Batavia terdiri dari 17 distrik dan 2599 desa. Setiap daerah di Batavia terbagi menjadi blok-blok, seperti Blok A, Blok B, Blok C. Dan seterusnya, yang dikepalai oleh seorang wijkmeester (semacam kepala desa atau bek). Dari akhir abad ke-17 sampai akhir abad ke-18 keadaan Kota Batavia dikatakan sebagai: beriklim buruk, kabutnya beracun, dan paritnya tercemar. Banyak penyakit-penyakit aneh dengan nama yang seram-seram seperti: remitterende rotkoorsten (demam maut), roode loop (berak-berak merah), febres ardentes, malignae et putridaedan mort de chien (demam parah, jahat dan busuk, dan mati mendadak).

Berdasarkan ciri-cirinya, Kota Batavia yang modern dapat digolongkan ke dalam 4 bagian, namun dengan batas antar bagian yang tidak tajam yaitu Kawasan Kota Tua (oude Beneden Stad termasuk Molenvliet), Weltevreden (yang disebut Batavia-Centrum), Jalan Raya Kramat-Salemba-Matraman (termasuk Meester Cornelis), bagian Batavia yang paling modern yakni Gondangdia Baru dan Menteng. Pada tahun 1942, kekuasaan Belanda berakhir setelah masuknya tentara pendudukan Jepang. Pada masa gencar-gencarnya usaha pemerintah pendudukan Jepang menghancurkan pengaruh Eropa, segala yang berbau Eropa dilarang, nama Batavia pun diganti lagi dengan Jakarta.

Minggu, 20 April 2014

Belajarlah Senyum Lewat Sumpit

Negeri Tirai Bambu yang selama ini dikenal sebagai negara berhaluan Partai Komunis terbesar didunia ternyata juga  menginginkan rakyatnya  lebih ramah dan banyak senyum, terutama kepada tamu asing yang berkunjung ke negeri panda tersebut, buat meningkatkan kunjungan wisata.


Di berbagai industri pariwisata, baik di restoran, perhotelan maupun objek-objek pariwisata dibelahan Cina, para pelajar muda diajarkan cara senyum dengan menggunakan teknik tradisional yaitu menggigit sumpit, seperti yang dikabarkan oleh  surat kabar the Daily Mail, Jumat (18/4).

Dalam sebuah keterangan di brosur turisme, pejabat di bidang pariwisata mengatakan menggigit sumpit bisa melatih otot wajah buat tersenyum dan wajah lebih terlihat awet muda.

Anak-anak muda terutama para gadis belia yang menjadi sukarelawan Olimpiade Pemuda di Nanjing juga diajarkan tersenyum dengan menggigit sumpit.

"Karena sumpit ada di setiap rumah, restoran, kantin, maka ini adalah cara terbaik buat mengajarkan senyum," kata seorang juru bicara pejabat lokal tentang kampanye senyum ini.

"Sungguh suatu kehormatan besar menjadi sukarelawan di Olimpiade Pemuda Nanjing. Untuk itu Saya akan berusaha keras untuk menjalankan tugas sebaik mungkin," kata Fang Tsou, 21 tahun, yang baru saja menggigit sumpit dan tersenyum lebar.

Cantiknya si Batu Kecubung atau Amethyst

Kecubung atau Amethyst memiliki warna dasar ungu, dan merupakan batu mineral “supercomposite” yang terdiri daripada “lamella” seperti belang yang berselang di antara bagian kanan dengan kiri. Struktur ini diakibatkan karena tekanan mekanikal dalam lapisan bumi selama berjuta tahun. Hasilnya, kecubung atau amethyst mempunyai corak seakan-akan cap jari (berbelang-belang). Selain itu, corak di dalam batu amethyst juga terjadi karena hilangannya air (H2O) dalam mineralnya karena tekanan dalam waktu yang sangat lama. Tapi ada juga kecubung yang tidak bercorak dan membentuk kristal bening. 

Ditinjau dari kekerasannya, Kecubung atau Amethyst mempunyai kekerasan 7 pada skala Mohs. Sehingga Kecubung atau Amethyst sering disebut sebagai Batu Mulia atau permata kelas II. Batu ametis dikenal akan warnanya yang ungu namun warna batu ametis juga ada yang ungu muda, ungu kemerah-merahan, ungu kebiru-biruan dan bahkan ada yang hampir hitam. Batu ametis di Indonesia dikenal dengan nama kecubung khasian. Karena warna ungu selalu dikaitkan dengan warna kerajaan maka batu amethyst sering digunakan untuk barang-barang kerajaan Inggris seperti menghiasai mahkota, perhiasan, dekorasi ruangan atau upacara.

Karena seringnya masyarakat ini tahu tentang kecubung, sampai-sampai muncul pendapat bahwa batu ini hanya ada di Indonesia (Kalimantan, Pacitan, dan Garut). Sebenarnya tidak demikian. Batu kecubung banyak ditemukan juga di manca Negara seperti Brazil, Canada, India, Russia, Madagascar, Namibia, Sri Lanka dan Amerika (Colorado, Georgia, Montana, North Carolina, Pennsylvania, Rhode Island, Virginia). Bahkan Kecubung menjadi lambang Batu Permata dari negara bagian South Carolina-USA (US State Gemstone of South Carolina) dan dari negara bagian Ontario-Canada (Canadian State Gemstone of Ontario, Canada). Di manca Negara atau di dunia internasional Batu Kecubung disebut juga sebagai Amethyst.

Di manca negara Batu Kecubung atau Amethyst yang dikenal ada dua jenis yaitu Amethyst Banded dan Amethyst Flower. Sedangkan uniknya di Indonesia dikenal adanya ”Kecubung Combong” atau Kecubung yang memiliki lubang sampai bawah dan diyakini memiliki kekuatan gaib tertentu. Masing-masing ada perbedaan dan khasiat yang berbeda. Dari sisi jenis potongannya, dipasaran terdapat kecubung yang dipotong dalam bentuk Pearl Cut, Octagon cut, Heart Cut, dan round brilliant cut. 

Dalam sisi astrology, batu ametis dijadikan batu khusus atau batu yang cocok untuk batu kelahiran bulan Februari (sama halnya dengan bunga iris) dan pemberian dihari peringatan perkawinan yang ke 6. Dalam dunia astrology atau perbintangan batu ametis dihubungkan dengan zodiac Pisces.

Beberapa pecinta dan kolektor batu kecubung atau amethyst di Indonesia mengatakan, selain sebagai batu perhiasan juga sering dianggap sebagai batu yang memiliki tuah atau khasiat, Batu amethyst dipercayai memiliki pengaruh-pengaruh antara lain melindungi pemilik dari rasa mabuk, mengendalikan emosi, mendatangkan rasa kasih sayang, memberi ketenangan dan semangat dalam menjalankan tugas. Salah satu contoh adalah kecubung yang disebut kecubung khasian yang dipercaya mempunyai khasiat untuk mendapatkan simpati dari orang lain dan juga orang menjadi tidak ingin berbuat jahat kepada si pemakai batu tersebut. Tetapi menurut kepercayaan untuk membuat batu tersebut berkhasiat, harus diolah secara alami, atau tidak menggunakan alat alat modern, seperti gerinda atau obat pemoles lainnya, umumnya mereka menggosok nya dengan menggunakan bambu (bisa bambu hitam atau bambu biasa), dan terkadang si pembuat juga berpuasa. Ada juga Kecubung Combong (berlubang). Cubung ini lebih dahsyat lagi kekuatannya. (Wallahu'alam)

Sedangkan Amethyst Flowers diyakini memiliki energy amethyst, ditambah membuat kita mampu terlibat dalam berbagai karya atau kerja bersama, sementara fokus diri kita tetap terjaga dan dapat memprioritaskan hal-hal penting, dapat memberikan energi yang mengalir dan menyejukkan kepada kita secara individual maupun lingkungan sekitar.

Selain hal-hal yang berbau supranatural, Kecubung juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan batin/spiritual serta kewaspadaan intuitif seseorang. Juga digunakan untuk meredakan sakit kepala. Legenda mengatakan, menggunakan Amethyst atau minum dari cawan yang terbuat darinya, akan mencegah terjadinya keracunan, karena sifat mineral yang diyakini sebagai penawar racun. Selain itu dapat membantu dalam meditasi dan meningkatkan pemahaman spiritual, kejujuran diri, dan inspirasi, membuka kesadaran dan kemampuan menerima informasi pada tingkat lebih tinggi, membantu mereka yang ingin membebaskan diri dari kecanduan, khususnya alkohol, menyamankan kita pada masa kesedihan dan kehilangan, mengurangi ketegangan syaraf dan menghilangkan sakit kepala, mengurangi sakit dan bengkak pada luka dan mengurangi gejala sakit pada paru-paru dan gangguan usus. Ada kepercayaan lama menunjukkan arak yang diminum di dalam gelas amethyst tidak akan menyebabkan peminum menjadi mabuk.
Tips Merawat Batu Kecubung atau Amethyst

Bagi para kolektor batu Mulia, merawat ini hal sepele tapi sulit dilakukan karena keterbatasan waktu. Cobalah melakukan perawatan secara periodik dengan membersihkan Kecubung atau Amethyst anda di alat pembersih perhiasan atau dapat pula dengan menggunakan air hangat yang sudah diberi sedikit sabun khusus, kemudian sikatlah perlahan dengan sikat yang memiliki bulu halus.

Jaga jangan sampai Amethyst anda terkena panas atau sinar matahari yang sangat terik dalam waktu lama karena warna batu akan memucat, serta simpanlah dalam tempat tersendiri dalam artian tidak tergores atau tergesek dengan batu koleksi anda yang lain.

Hindarkan juga batu kecubung anda dari bahan-bahan kimia atau kosmetik semprot seperti parfum dan hairspray karena dapat membentuk lapisan kimia dipermukaan batu yang mengakibatkan batu anda menjadi kusam.  Selamat Mencoba….!
*Beberapa sumber 
(Ric Wynt)

Jumat, 18 Oktober 2013

KBRI Telusuri 16 WNI Terlunta-lunta di Arab Saudi

Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi menyatakan telah mengerahkan petugas untuk menelusuri keberadaan 16 warga Indonesia yang ditemukan terlunta-lunta di sebuah daerah terpencil di antara Riyadh dan Mekah.




Warga yang semuanya perempuan serta bayi berusia sekitar dua bulan diselamatkan seorang warga Arab Saudi yang kemudian mengontak petugas patroli jalan raya untuk menolongnya, seperti dilaporkan Al-Jazeera, Kamis (17/10) kemarin.
Salah-seorang diantara mereka mengaku tidak memiliki dokumen resmi dan alat komunikasi. Mereka juga mengaku ditipu oleh sejumlah orang yang berjanji mengantar dari Riyadh ke Mekah, namun kemudian diturunkan di tempat terpencil.
"Meskipun sudah ketemu tempatnya, yaitu di tengah-tengah antara Riyadh dan Mekah, tapi itu terpencil. Jarak antar kabupaten bisa sekitar 200 km. Jauhlah!"
Walaupun dilaporkan telah ditolong oleh petugas patroli jalan raya Arab Saudi, KBRI di Riyadh sampai sekitar pukul 14.00 WIB, Jumat (18/10), mengaku belum mengetahui posisi ke-16 warga Indonesia itu.
"Kita sudah kerahkan petugas dari KBRI Riyadh, kita sudah kerahkan petugas KJRI di Jiddah, dan mengerahkan satgas untuk menelusuri di mana tepatnya mereka berada," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, melalui telepon.
"Meskipun sudah ketemu tempatnya, yaitu di tengah-tengah antara Riyadh dan Mekah, tapi itu terpencil. Jarak antar kabupaten bisa sekitar 200 km. Jauhlah," kata Gatot.
Namun demikian, Gatot Abdullah meyakini mereka sudah ditangani oleh aparat kepolisian setempat.
"Kalau belum ditangani polisi, 'kan nggak mungkin ada berita di koran," tandasnya.

Korban perdagangan manusia?

Protes terhadap kebijakan Arab Saudi tentang masalah ketenagakerjaan.
Sejauh ini KBRI di Riyadh belum mengetahui latar belakang keberadaan belasan warga negara Indonesia itu di tempat terpencil tersebut, termasuk dugaan yang menyebutkan mereka adalah korban perdagangan manusia (human trafficking).
"Kita belum tahu update terakhir, tapi diperkirakan, mereka itu korban human trafficking... atau mereka mau naik haji tapi ngggak punya izin haji," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur.
Dia menganalisa, kemungkinan ke-16 orang itu merupakan korban perdagangan manusia didasarkan pengakuan mereka hendak melakukan perjalanan dari Riyadh ke Mekah.
"Karena di Mekah dan Jeddah merupakan pusatnya overstayers, dan biasanya pemerintah Indonesia memulangkannya ke Indonesia, makanya mereka kirim ke Riyadh," ujarnya.
"Kita belum tahu update terakhir, tapi diperkirakan, mereka itu korban human trafficking... atau mereka mau naik haji tapi ngggak punya ijin haji."
Menurutnya, kemungkinan oknum agen perdagangan manusia itu lantas menelantarkan belasan WNI itu karena sering menjumpai pos pengawas.
"Akhirnya mereka ditinggalkan di satu tempat," kata Gatot, menganalisa.
Namun demikian, menurutnya, bisa saja ke-16 warga Indonesia itu mau naik haji, tetapi tidak memiliki izin haji.
"Kalau (mereka diberangkatkan) sebelum haji, diperkirakan mereka mau haji tapi nggak punya izin haji," tambahnya.
Gatot Abdullah mengaku, praktek seperti ini sering terjadi. "Dan, orang Indonesia yang sering ditahan karena tidak punya izin haji," jelas Gatot Abdullah. * BBC Indonesia

Sabtu, 24 Agustus 2013

Kecantikan dibalik Batu Garnet si Merah Delima

Batu Garnet sering dikenal dengan sebutan Batu Biduri Delima. Batu ini sering dipakai sebagai batu lambang bagi Anda yang lahir pada bulan Januari. Batu jenis ini memiliki ragam warna yang indah, mulai dari merah tua, orange, hijau lime, ungu, emas, cokelat, hingga pink yang cantik.

Batu biduri delima (garnet) mengandung campuran keizelzuur, sedangkan komposisi batu biduri delima sama sulitnya dengan batu tourmaline. Batu garnet mempunyai nilai keras 6-7.5 berdasarkan daftar keras Mohs.

Pada umumnya batu garnet sangat mengkilau warnanya dan tembus cahaya. Hampir semua batu garnet mempunyai warna yang dalam dan bermacam-macam warnanya kecuali biru. Di Indonesia batu garnet ini diberi nama bermacam-macam seperti manilam anggur, biduri delima, biduri anggur, dan mirah anggur. Biasanya warna batu garnet yang paling disukai adalah warna merah gelap dan kadang-kadang hitam, batu macam itu dinamakan pyrope.

Batu ini sering kali dipakai sebagai mata perhiasan, seperti cincin, liontin, anting, dan lain-lain. Garnet dapat ditemukan hampir di seluruh dunia, mulai dari Afrika, Australia, Eropa Timur, Amerika Utara, Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
 
Batu garnet dipercayai memiliki pengaruh-pengaruh antara lain menenteramkan pikiran, meningkatkan kecerdasan, memperingatkan adanya ancaman bahaya (batu itu akan berubah warnanya), membangkitkan rasa adil dan jujur, menarik rasa simpati dari orang lain, tahan dalam menghadapi kesengsaraan dan mengusir hal-hal negative atau ilmu hitam.

Dalam sisi astrology, zodiac dan hadiah pernikahan, Batu garnet dijadikan batu khusus atau batu yang cocok untuk batu kelahiran bulan January (sama halnya dengan bunga anyelir atau bunga carnation) dan pemberian dihari peringatan perkawinan yang ke 2. Dalam dunia astrology atau perbintangan, batu garnet dihubungkan dengan zodiac Aquarius. 

Mungkin karena warna batu garnet itu merah, jadi batu ini sering dijadikan batu yang dipercayai mempunyai sifat-sifat ksatria dan keperkasaan. Seringkali dahulu para petarung menghiasi senjata-senjata mereka dengan batu garnet dan berharap batu tersebut bisa membawa mereka keberuntungan dan memenangkan medan perang. Batu ini pernah dijadikan sebagai peluru dengan maksud agar meningkatkan rasa sakit yang amat di dalam luka.

Untuk merawat jenis batu ini agar tetap cemerlang, maka Anda dapat menggunakan air hangat yang telah diberi sabun. Sikatlah permukaan batu perlahan-lahan dengan sikat lembut. Selain dengan air sabun, batu ini juga dapat dibersihkan melalui ultrasonic cleaning. Hindari steam cleaning!

Batu Garnet sangat rapuh, mudah retak dan pecah karena bersifat fragile. Oleh karena itu, Anda perlu merawatnya dengan hati-hati.

(Ric Wynt)